Wednesday, October 20, 2010

Peluang Kerja seorang Industrial Engineer

Seorang insinyur teknik industri menjadikan industri sebagai titik awal dan pusat pengembangan karirnya. Insinyur teknik industri terlibat dalam pengorganisasian, desain tempat kerja dan laju aliran materi dalam proses produksi di pabrik. Lapangan kerja bagi sarjana teknik industri di zaman sekarang meluas, tidak hanya di manufaktur tetapi juga di bidang non-manufaktur seperti rumah sakit, toko retail, perbankan, dan lain-lain. Dalam buku sumber, profesi teknik industri memiliki kompetensi-kompetensi berikut:
Work Design and Measurement
Teknik mengukur performa kerja supaya standar waktu kerja dapat ditentukan. Dengan begitu, jadwal kerja harian dapat dirancang dari jadwal produksi total (jangka panjang). Di bidang ini juga digunakan Predetermined Time Systems.
Plant Location and layout
Kemampuan tata letak dan lokasi pabrik, meliputi mengumpulkan, melakukan kompilasi, dan mengevaluasi data yang diperlukan untuk membuat keputusan lokasi terbaik untuk pabrik.
Engineering Economy
Kemampuan mengimplementasikan sisi ekonomi dalam engineering. Sesuai yang diajarkan oleh Henry Towne.
Production Planning and Inventory Control
Kemampuan mengeset level keseluruhan output manufaktur untuk mendapatkan rating produksi yang bisa meraih target perusahaan dan menjaga production force tetap stabil.
Statistical Quality Control
Kemampuan mendata output kerja secara statistik.
Linear Programming
Kemampuan menyederhanakan langkah kerja dan juga menyusun sistem kerja yang linear sehingga mempermudah produksi.
Operations Research
Kemampuan untuk survei dan riset mengenai sistem operasi yang baik dan efisien.
Dengan keahliannya, profesi-profesi yang tersedia bagi seorang sarjana teknik industri di antaranya:
Konsultan
Seorang sarjana teknik industri dapat mengevaluasi sitem kerja sebuah perusahaan dan mendesain sebuah solusi sistem yang lebih baik, untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. 6 fungsi utama dari seorang konsultan, yaitu: mengembangkan dan mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada dalam suatu perusahaan atau industri; memberikan saran-saran, menerapkan pengalaman-pengalamannya dalam suatu perusahaan; menganalisa permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan; sebagai katalisator, dengan mengembangkan sistem manajerial; mengadakan pelatihan dan pembelajaran; menginovasikan, memadukan, dan menerjemahkan teknologi, program, dan pemecahan masalah.
Supervisor
Bidang ini mengawasi jalannya sistem produksi di pabrik. Supervisor membutuhkan pengetahuan tentang ergonomi kerja, statistik dan ilmu teknik industri lainnya.
Manajer
Sejak ditemukannya “scientific management” oleh Taylor dan “administrative and behaviour management”, sarjana teknik industri memiliki kompetensi untuk mengatur dan mengoptimasi kerja organisasi.



Profil Lulusan Teknik Industri
Profil dan Kompetensi Sarjana Teknik Industri :
Mampu mengidentifikasi, menformulasikan, dan memecahkan masalah-masalah sistem integral menggunakan alat-alat pokok analitikal, komputasional, dan/atau eksperimantal.
Mempunyai wawasan luas sehingga dapat memahami dampak penerapan keilmuan Teknik Industri terhadap konteks global/sosial.
Mampu berkomunikasi secara efektif
Mampu bekerja sama dalam kelompok yang bersifat multi disiplin, baik dalam peran sebagai pemimpin maupun anggota kelompok.
Mampu menerapkan teknik dan alat analisis baru yang diperlukan dalam menjalankan praktik profesi ke-teknik-industrian-nya.
Memahami dan menyadari tanggung jawab profesi dan etika.
Basic Knowledge and Tool
Basic Knowledge :
Mathematics
Physical Phenomena
Engineering Sciences
Social Sciences
Tool :
Industrial Engineering Method
Systemic and Integrated
Process :
Design


KELOMPOK KEAHLIAN
Rekayasa Sistem Manufaktur
Perancangan (Design) mampu merancang sistem manufaktur dimulai dari penjabaran kebutuhan pasar menjadi parameter design dan rancangan produk serta sistem manufakturnya.
Perekayasaan (Engineering) memahami rekayasa transformasi produksi khususnya yang terkait dengan interajsi man, machine dan material.
Fabrikasi (Manufacturing) mampu menangani proses pembuatan produk serta menguasai metode pengoperasian pabrik dan fungsi manajemen yang terkait serta perbaikannya (improvement).
Wawasan usaha (Business Insight) mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayaka usahanya.
Rekayasa Manajemen Industri
Perancangan (Design) mampu merancang sistem manajemen yang sesuai dengan karakteristik sistem manufakturnya.
Pengoperasian (Operation) memahami dan mampu menangani proses manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), mampu untuk memimpin, memotivasi serta bekerja sama dengan berbagai unsur yang terkait (Leadership).
Perbaikan (Improvement) mampu mengenali masalah dan melakukan perbaikan
Wawasan Usaha (Business Insight) mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayakan usahanya serta merealisasikannya.

Sejarah Teknik Industri

Awal mula Teknik Industri dapat ditelusuri dari beberapa sumber berbeda. Frederick Winslow Taylor sering ditetapkan sebagai Bapak Teknik Industri meskipun seluruh gagasannya tidak asli. Beberapa risalah terdahulu mungkin telah mempengaruhi perkembangan Teknik Industri seperti risalah The Wealth of Nations karya Adam Smith, dipublikasikan tahun 1776; Essay on Population karya Thomas Malthus dipublikasikan tahun 1798; Principles of Political Economy and Taxation karya David Ricardo, dipublikasikan tahun 1817; dan Principles of Political Economy karya John Stuart Mill, dipublikasikan tahun 1848. Seluruh hasil karya ini mengilhami penjelasan paham Liberal Klasik mengenai kesuksesan dan keterbatas dari Revolusi Industri. Adam Smith adalah ekonom yang terkenal pada zamannya. "Economic Science" adalah frasa untuk menggambarkan bidang ini di Inggris sebelum industrialisasi America muncul .
Kontribusi penting lainnya dan mengilhami Taylor adalah Charles W. Babbage. Babbage adalah profesor ahli matematika di Cambridge University. Salah satu kontribusi pentingnya adalah buku yang berjudul On the Economy of Machinery and Manufacturers tahun 1832 yang mendiskusikan banyak topik menyangkut manufaktur. Babbage mendiskusikan gagasan tentang Kurva Belajar (Learning Curve), pembagian tugas dan bagaimana proses pembelajaran dipengaruhi, dan efek belajar terhadap peningkatan pemborosan. Dia juga sangat tertarik pada metode pengaturan pemborosan. Charles Babbage adalah orang pertama yang menganjurkan membangun komputer mekanis. Dia menyebutnya "analytical calculating machine" , untuk tujuan memecahkan masalah matematika yang kompleks.
Di Amerika Serikat selama akhir abad 19 telah terjadi perkembangan yang mempengaruhi pembentukan Teknik Industri. Henry R. Towne menekankan aspek ekonomi terhadap pekerjaan insinyur yakni bagaimana seorang insinyur akan meningkatkan laba perusahaan? Towne kemudian menjadi anggota American Society of Mechanical Engineers (ASME) sebagaimana yang dilakukan beberapa pendahulunya di bidang Teknik Industri. Towne menekankan perlunya mengembangkan suatu bidang yang terfokus pada sistem manufactur. Dalam Industrial Engineering Handbook dikatakan bahwa "ASME adalah tempat berkembang biaknya Teknik Industri". Towne bersama Fredrick A. Halsey bekerja mengembangkan dan memaparkan suatu Rencana Kerja untuk mengurangi pemborosan kepada ASME. Tujuan Recana ini adalah meningkatkan produktivitas pekerja tanpa berpengaruh negatif terhadap ongkos produksi. Rencana ini juga menganjurkan bahwa sebagian keuntungan dapat dibagikan kepada pekerja dalam bentuk insentif.
Henry L. Gantt (juga anggota ASME) menekankan pentingnya seleksi karyawan dan pelatihannya. Dia, seperti juga Towne dan Halsey, memaparkan paper dengan topik-topik seperti biaya, seleksi karyawan, pelatihan, skema insentif, dan penjadwalan kerja. Dia adalah pencipta Diagram Gantt (Gantt chart), yang saat ini merupakan diagram yang sangat populer digunakan dalam penjadwalan kerja. Sampai sekarang Gantt chart digunakan dalam bidang statitik untuk membuat prediksi yang akurat. Jenis diagram lainnya telah dikembangkan untuk tujuan penjadwalan seperti Program Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Mapping (CPM).
Sejarah Teknik Industri tidak lengkap tanpa menyebut Frederick Winslow Taylor. Taylor mungkin adalah pelopor Teknik Industri yang paling terkenal. Dia mempresentasikan gagasan mengenai pengorganisasian pekerjaan dengan menggunakan manajemen kepada seluruh anggota ASME. Dia menciptakan istilah "Scientific Management" untuk menggambarkan metode yang dia bangun melalui studi empiris. Kegiatannya, seperti yang lainnya, meliputi topik-topik seperti pengorganisasian pekerjaan dengan manajemen, seleksi pekerja, pelatihan, dan kompensasi tambahan bagi seluruh individu yang memenuhi standar yang dibuat perusahaan. Scientific Management memiliki efek yang besar terhadap Revolusi Industri, baik di Amerika maupun di luar negara Amerika.
Keluarga Gilbreth diakui akan pengembangan terhadap Studi Waktu dan Gerak (Time and Motion Studies). Frank Bunker Gilbreth dan istrinya Dr. Lillian M. Gilbreth melakukan penelitian mengenai Pemahaman Kelelahan (Fatigue), Skill Development, Studi Gerak (Motion Studies), dan Studi Waktu (Time Studies). Lillian Gilbreth memeliki gelasr Ph.D. dalam bidang Psikologi yang membantunya dalam memahami masalah-masalah manusia. Keluarga Gilbreth meyakini bahwa terdapat satu cara terbaik ("one best way") untuk melakukan pekerjaan. Salah satu pemikiran mereka yang siginifikan adalah pengklasifikasian gerakan dasar manusia ke dalam 17 macam, dimana ada gerakan yang efektif dan ada yang tidak efektif. Mereka menamakannya Tabel Klasifikasi Therbligs (ejaan terbalik dari kata Gilbreth). Gilbreth menyimpulkan bahwa waktu untuk menyelesaikan gerakan yang efektif (effective therblig) lebih singkat tetapi sulit untuk dikurangi, demikian sebaliknya dengan non-effective therbligs. Gilbreth mengklaim bahwa setiap bentuk pekerjaan dapat dipisah-pisah ke dalam bentuk pekerjaan yang lebih sederhana.
Saat Amerika Serikat menghadapi Perang Dunia II, secara diam-diam pemerintah mendaftarkan para ilmuwan untuk meneliti perencanaan, metode produksi, dan logistik dalam perang. Para ilmuwan ini mengembangkan sejumlah teknik untuk pemodelan dan memprediksi solusi optimal. Lebih lanjut saat informasi ini terbongkar. lahirlah Operation Research. Banyak hasil penelitian yang masih sangat teoritis dan pemahaman bagaimana menggunakannya dalam dunia nyata tidak ada. Hal inilah yang menyebabkan jurang antara kelompok Operation Research (OR) dan profesi insinyur terlalu lebar. hanya sedikit perusahaan yang dengan sigap membentuk departemen Operation Research dan mengkapitalisasikannya.
Pada 1948 sebuah komunitas baru, American Institute for Industrial Engineers (AIIE), dibuka untuk pertama kalinya. Pada masa ini Teknik Industri benar-benar tidak mendapat tempat yang khusus dalam struktur perusahaan. Selama tahun 1960 dan sesudahnya, beberapa perguruan tinggi mulai mengadopsi teknik-teknik operation research dan menambahkannya pada kurikulum Teknik Industri. Sekarang untuk pertama kalinya metode-metode Teknik Industri disandarkan pada fondasi analisa, termasuk metode empiris terdahulu lainnya. Pengembangan baru terhadap optimisasi dalam matematika sebagaimana metode baru dalam analisa statistik membantu dalam mengisi lubang kosong bidang Teknik Industri dengan pendekatan teoritis.
Kemudian, permasalahan Teknik Industri menjadi begitu besar dan kompleks pada dan saat komputer digital berkembang. Dengan komputer digital dan kemampuannya menyimpan data dalam jumlah besar, insinyur Teknik Industri memiliki alat baru untuk mengkalkulasi permasalahan besar secara cepat. Sebelumnya komputasi pada suatu sistem memakan mingguan bahkan bulanan, tetapi dengan komputer dan perkembangan sub-program "sub-routines", perhitungan dapat dilakukan dalam hitungan menit dan dengan mudah dapat diulangi terhadap kriteria problem yang baru. Dengan kemampuannya menyimpan data, hasil perhitungan pada sistem sebelumnya dapat disimpan dan dibandingkan dengan informasi baru. Data-data ini membuat Teknik Industri menjadi cara yang kuat dalam mempelajari sistem produksi dan reaskinya bila terjadi perubahan.
Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera Utara [USU] dengan situs http://ft.usu.ac.id/ [1], Medan pada tahun 1965 dan dilanjutkan dengan Teknik Industri ITB Institut Teknologi Bandung. Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktek sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum terdapat pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia (www.ui.edu), keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia, situs resminya di http://www.ie.ui.ac.id/
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain terdapat di kota Pasuruan dan Klaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik Mesin juga terjadi di pabrik semen dan di bengkel-bengkel perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB

Tokoh-Tokoh Penting dalam Teknik Industri

Adam Smith
Orang pertama yang memberikan perhatian terhadap bagaimana berproduksi secara efisien (production economics) adalah Adam Smith. Dengan bukunya The Wealth of Nation (1776) ia mempelopori spesialisasi pekerja. Dia melakukan perubahan besar dimana seorang pekerja dapat menghasilkan 1000 pin per hari, setelah digunakan spesialisasi pekerja 10 pekerja dapat menghasilkan 48.000 pin per hari dengan membuat 4 kelompok kerja. Menurut Adam Smith ada 3 keuntungan yang diperoleh dari adanya spesialisasi pekerja, yaitu : (i) bertambahnya kecakapan atau keterampilan seseorang, jika orang tersebut mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang. (ii) Hemat waktu, yang biasanya hilang karena sering bergantinya pekerjaan, dari mengerjakan sesuatu berpindah mengerjakan yang lain. (iii) Ditemukannya mesin-mesin atau alat – alat terspesialisir.
Dengan mengkombinasikan ketiga keuntungan tersebut, maka hal ini akan memberikan efisiensi dalam suatu perusahaan yang mengadakan devision of labor karena ongkos/ biaya rendah dan jumlah produksi meningkat.

Charles Babbage (1832)
Seorang ahli matematik dan ilmuwan yang menyelidiki proses produksi lebih mendalam lagi. Setelah melalui penyelidikan yang mendalam, dia berpendapat bahwa pada proses produksi barang-barang terdapat keadaan yang tidak ekonomis, dalam hal pemakaian mesin-mesin dan tenaga manusia. Bukunya yang berjudul On The Economy of Machinery and Mfg (1852) mengemukakan persoalan bagaimana kita menggunakan mesin-mesin dan mengorganisir orang-orang untuk memproduksi barang-barang dengan efisien dan efektif produsen menggunakan “Scientific Methods“ (Mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga produksi meningkat dan biaya rendah). Selain memperkuat pendapat Adam Smith (Devision of Labor menguntungkan), Charles Babbage juga memperkenalkan Limiting Skill sebagai dasar untuk pembayaran upah.
Hal ini menunjukkan bahwa skills dan waktu yang diperlukan untuk setiap pekerja harus ditentukan atas dasar penyelidikan yang rasional (Skill and Time Studies ). Dalam hal ini Charles Babbage melakukan penyelidikan atas time studies terhadap pembuatan peniti yaitu menyelidiki berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses produksinya “Time Studies”. Pada dasarnya Charles Babbage telah memperbaiki idea divison of labornya Adam Smith dan mengajukan persoalan apa yang dinamakan “ fair day’s wage, for a fair day’s work” (Upah yang layak untuk pekerjaannya satu hari).

 
Ferdinant Willem Taylor
Ia bekerja di pabrik Baja AS tahun 1881 sebagai pengawas dan melihat pekerja tidak bekerja sebagaimana mestinya. Karena pengaturan jam kerja yang tidak baik. Menugaskan 2 pekerja : untuk mengukur seberapa besar tenaga seorang pekerja harus dikeluarkan agar pekerja tersebut dapat memberi hasil maksimal, bukan mengukur kekuatan maksimal. Bekerja sekuat-kuatnya dengan hasil banyak tetapi melelahkan dan tidak tahan lama. Bekerja dengan tenaga sedikit - tahan lama tetapi hasil sedikit. Diantara keduanya, hasil kerja sangat dipengaruhi oleh :
- lamanya waktu bekerja.
- lamanya waktu istirahat.
- frekwensi istirahat.
Jadi bekerja 6 jam dan istirahat 1 jam berbeda hasil yang dicapainya dengan bekerja 5 jam dan istirahat 1 jam atau 2 jam. Begitu pula akan lain hasilnya bila bekerja dengan istirahat dua kali setengah jam. Sehubungan dengan penerapan hasil penemuannya ini, Taylor melakukan pengukuran - pengukuran waktu dengan menggunakan jam henti (Stop Watch). Sejak itulah pengukuran waktu secara teliti dan ilmiah mulai dilakukan. Dari pengukuran waktu jam henti inilah berkembang cara – cara lain seperti Data Waktu Baku, Data Waktu Gerakan, dan juga Sampling Pekerjaan. Salah satu percbaan Taylor yang terkenal adalah percobaan menyekop dan mengangkat bijih – bijih besi. Dua pekerja menyekop dari sekop yang terkecil sampai yang terbesar, ternyata sekop ukuran 21,5 lb yang banyak menghasilkan. Artinya sekop – sekop yang berukuran lebih kecil atau lebih besar dari 21,5 lb tidak menghasilkan pemindahan sebanyak itu.
Secara umum dapat dikatakan jika bagi pekerjaan sejenis itu dibuatkan grafik yang menunjukkan hubungan antara beban hasil kerja total maka akan terlihat gambar berikut :
Hasil temuan Taylor : (i) Pemikiran dan usaha untuk menyelesaikan berbagai masalah secara ilmiah (The Scientific Management). (ii) Mengembangkan bentuk organisasi fungsional. (iii) Rumus umur menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi umur pahat  pahat Taylor.
F. B. Gilbreth
Pada mulanya merupakan seorang Kontraktor bangunan di AS : “Melihat adanya ketidakefisienan gerakan-gerakan kerja menyusun batu bata”. Dibantu Lilian, istrinya seorang Psikolog, Gilberth melakukan penelitian-penelitian. Gerakan-gerakan kerja yang dilakukan pekerja diamati dan diteliti antara lain dengan menggunakan kamera-kamera film untuk merekamnya dan kemudian mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar yang sangat lambat. Dari penelitian – penelitian itu akhirnya Gilberth mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan memperbaikinya. Prosedur itu adalah membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu gerakan misalnya gerakan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi :
- Menjangkau [Reach = Re]
- Memegang [Grasp = G]
- Mengangkut [Move = M]
Elemen gerakan yang dikembangkan Gilberth berjumlah 17 buah  Gerakan Therblig.
Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk : Mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelelahan (Fatique).