Pada
masa lampau dunia sering kali dipandang negatif sebagai dunia berdosa sehinga
terdapat gagasan bahwa dunia tidak berharga, berbahaya, jahat, dan tidak
termasuk dalam lingkup keselamatan manusia, bahkan merupakan halangan dan
rintangan bagi manusia untuk mencapai keselamatannya. Pandangan demikian mungkin
didasari oleh penafsiran secara dangkal terhadap teks Kitab Suci, misalnya:
·
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa
yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak
ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia ini, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia” (1Yoh 2:15-16).
·
“Kita tahu, bahwa kita berasal dari
Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1Yoh 5:19).
·
“Janganlah menjadi serupa dengan dunia”
(Rm 12:2).
Dalam Injil ataupun
daam surat-surat juga ditekankan bahwa dunia berdosa, dunia yang bermusuhan
dengan Allah telah dikalahkan oleh Yesus (Yoh 16:33). Berkat salib Kristus,
seorang Kristen hidup dalam dunia yang baru. Dunia yang terletak dalam
genggaman si jahat telah dikalahkan oleh Kristus seperti dikatakan Paulus: “Karena
salib Kristus, bagiku dunia disalibkan dan aku pun disalibkan bagi dunia” (Gal
6:14).
Konsili
Vatikan II mengajak kita untuk melihat dunia secara lebih positif.
Dunia
dilihat sebagai seluruh keluarga manusia dengan segala hal yang ada di
sekelilingnya. Dunia menjadi pentas berlangsungnya sejarah umat manusia. Dunia
ditandai oleh usaha-usaha manusia, dengan segala kekalahan dan kemenangannya.
Dunia diciptakan dan dipelihara oleh cinta kasih Tuhan Pencipta. Dunia yang
pernah jatuh menjadi budak dosa, kini telah dimerdekakan oleh Kristus yang
telah disalibkan dan bangkit pula, untuk menghancurkan kekuatan setan agar
dunia dapat disusun kembali sesuai dengan rencana Allah dan dapat mencapai
kesempurnaan (G.S. 2).
No comments:
Post a Comment