Setelah
Tuhan Yesus naik ke surga, para rasulpun pergi ke seluruh penjuru dunia, dan
Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firmanNya dengan tanda-tanda yang menyertai
para rasul.
Rasul-rasul
itu pergi mewartakan Injil menurut data dan tradisi non-biblis ke daerah-daerah
sebagai berikut:
a.
ke arah Barat Laut: Turki, Yunani,
Italia, yakni Petrus dan Paulus, Barnabas, dan penginjil Lukas;
b.
ke arah Barat: Siprus dan Turki, yakni
Yohanes (di Efesus dengan Santa Maria);
c.
ke arah Barat Daya: Mesir (Alexandria),
yakni rasul Simon dan penginjil Markus;
d.
ke arah Utara jauh: Armenia, Georgia,
Rusia Selatan, yakni Andreas dan Filipus;
e.
ke arah Timur: dekat Siria;
f.
di Yerusalem atau Yudea: Yakobus Tua
dan Yakobus Muda, kedua-duanya uskup Yerusalem.
Santo
Thomas yang tadinya kurang percaya, mewartakan Injil di daerah paling jauh dari
tanah airnya. Menurut data sejarah pasti, rasul Thomas mewartakan Injil sampai
di India Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Kristen Katolik
kecil berkembang di India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan
dengan Sumatera Utara, khususnya dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya
ketika itu belum ada pelabuhan Belang di Sumatera Utara. Nah, lewat saudagar
dari India itu agama Kristen Katolik mulai diwartakan di Sumatera Utara
(Indonesia).
Gereja
Kristen Katolik mulai ditanam di daerah Tapanuli di Sumatera Utara sebelum tahun
600 oleh saudagar dari India yang menamakan diri Thomas Christians.
Pasti
banyak orang, pun orang Kristen Katolik, sangat heran membaca penegasan ini
yang sangat bertentangan dengan bahan indoktrinasi umum. Memang di sekolah,
kita biasa mendengar bahwa gereja Kristen Katolik Indonesia dibawa ke bumi
Indonesia sekitar tahun 1530 oleh misionaris Portugis dan Spanyol.
Kekeliruan
ini tidak disebarkan dengan sengaja oleh golongan tertentu melainkan disebabkan
oleh karena fakta mengenai misi perdana di Tapanuli, baru pada akhir abad lalu
mulai diketahui oleh Dr. Jan Bakker SJ, mantan dosen di Yogyakarta, yang
sebagai mahasiswa mempelajari agama Islam dan sejarahnya di Beirut, Libanon. Ia
menemukan tulisan dari seorang ilmuwan Islam, bernama Shaykh Abu Salih al-Armini.
Dia menulis semacam ensiklopedi tentang segala gereja dan wihara serani di
seluruh dunia Timur. Bahan historis itu mengenai kira-kira 900 tempat ibadah
Kristiani di Afrika dan Asia, antara lain di Sumatera Utara. Judul bukunya
ialah “Tadhakkur fiha Akhbar min al-Kana’is wa’l-Adyar min Nawahin Misri w’al
Iqtha’aihu”, artinya “Daftar berita tentang gereja-gereja dan
pertapaan-pertapaan dari provinsi-provinsi di Mesir dan tanah-tanah di
luarnya”.
Dalam
buku itu terdapat suatu kutipan tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara
sebagai berikut: “Fansur, di sana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah
dari “Nasara Nasathirah” (Nasrani = Serani = Kristiani), dan dengan demikian
keadaan di situ. Dan dari itu berasal kapur Baros dan bahan itu merecik dari pohon.
Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama Bunda Perawan Murni Maria”.
Shaykh
Abu Salih al-Armini pada abad kesebelas tidak menerangkan dari mana berasal
orang Kristiani itu, tetapi sesudah diselidiki lebih jauh, Agama Kristiani
dibawa ke Tapanuli oleh orang India Selatan dimana rasul Santo Thomas
mewartakan kabar gembira pada mereka sekitar tahun 70.
Ada
dua konfirmasi tak langsung dari sejarah ini:
·
Pada tahun 1975 sudah pernah seorang
pastor dari Gereja Thomas Christians mengunjungi Seminari Pineleng, bukti bahwa
umat yang digembalakan rasul Thomas, masih hidup sampai sekarang dengan
beberapa juta anggota di India Selatan.
·
Pastor Jan Van Paassen MSC bersama
almarhumah Yangky Turang B.A. sudah pernah mengunjungi adik kandung Suster
Jeannette van Paasen di Pematang Siantar. Pada tahun 1992, rombongan kami
membuat tur wisata ke daerah Baros di Tapanuli dan sampai pada tempat
penguburan banyak orang India yang rupanya beragama Hindu dari sekitar tahun
500. Tempat ini dipelihara dengan baik oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara.
Menurut
Dr. J. Bakker SJ yang menemukan kutipan mutiara ini, ‘Fansur’ itu sama dengan
‘Pancur’, dekat Baros di Tapanuli. Dia juga membuktikan bahwa nama agak aneh
“Nasara Nasathirah” berarti: orang Kristen Katolik dari Siria Timur atau
Khaldea, yang ada sampai sekarang di Siria dan Irak. Kemudian ternyata pula
bahwa dalam arsip Vatikan tersimpan surat-surat tentang pengangkatan
uskup-uskup di Asia Timur itu, a.l. di Tiongkok, Malaysia dan Sumatera Selatan.
Sampai abad ke-14 masih ada berita tentang orang Kristen di Sumatera dan
Malaysia.
Bisa
diringkaskan bahwa antar tahun 600-1350 ada orang Kristen di bumi Indonesia.
Sayang bahwa sesudah 1350 tiada lagi berita, sehingga umat Kristen perdana itu
rupanya “menguap” di dalam sejarah, tanpa ada bekas atau keturunan.
Sejauh
yang diketahui belum pernah di bumi Indonesia dirayakan suatu Yubileum untuk
mengenangkan Gereja Kristen Katolik perdana di daerah Tapanuli sekitar tahun
600. Sebabnya ialah bahwa sampai sekarang kini hampir tidak ada data selain
penegasan dari Shaykh Abu Salih al-Armini bahwa sudah ada banyak gereja dan
bahwa di kota Fansur sendiri ada sebuah gereja yang ditahbiskan kepada Bunda
Perawan Murni Maria. Tambah lagi bahwa di perpustakaan Vatikan terdapat sebuah
peta Asia, dimana diberi tanda di Sumatera Selatan bahwa di sana tinggal
seorang uskup. Tetapi belum ditemukan buku Baptis atau buku Ibadah dan
sebagainya dari zaman itu. Kesimpulannya ialah dari segala data pasti tetapi
kurang terperinci bisa dipastikan secara positif bahwa pada zaman itu ada umat
Kristiani di bumi Indonesia. Namun, dengan kepastian yang sama bisa ditegaskan
bahwa pada zaman itu belum ada penginjilan di Sulawesi antar tahun 600-1300.
Ketika itu Gereja Kristen Katolik sudah mulai berkembang di pulau Sumatera,
Jawa dan Kalimantan, seperti dilaporkan oleh J. Bakker SJ dalam buku Sejarah
Gereja Katolik Indonesia, jilid I. Tetapi tidak ada satupun data tentang Gereja
Kristen Katolik di Sulawesi pada abad ke-VII sampai abad ke-XIV.
Dengan demikian beberapa
kekeliruan umum sekaligus disapu dari meja, ialah:
*
bahwa Agama Kristen di Indonesia adalah
import dari Barat. Ternyata dari India Selatan,
bahwa
Agama Islam lebih dahulu di Indonesia. Ternyata agama Kristen 600 tahun sebelum
Islam.
No comments:
Post a Comment